
image from google
ADR (Adverse Drug Reaction) atau dalam bahasa Indonesia disebut ROTD (Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan) seringkali dianggap sebagai efek samping obat. Dua istilah ini memang serupa, tapi tak sama. Untuk mengetahui perbedaan antara keduanya dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
Defenisi:
ADR adalah reaksi berbahaya dan tidak diinginkan yang terjadi pada dosis yang digunakan untuk pengobatan, diagnosis dan pencegahan penyakit, gangguan atau sindrom. Efek samping juga merupakan efek yang tidak diinginkan dari obat dan datang di bawah ADR. Efek samping juga disebut sebagai ADR tipe A.
Angka kejadian:
Angka kejadian efek samping lebih tinggi pada pasien jika dibandingkan dengan ADR.
Angka mortalitas dan morbiditas:
Mortalitas akibat ADR lebih tinggi dari efek samping, tetapi morbiditas akibat efek samping lebih tinggi dari ADR
Prediktabilitas:
Sulit untuk memprediksi ADR (ADR B) tetapi efek samping dapat dengan mudah diprediksi.
Mekanisme:
Mekanisme ADR tidak diketahui, tetapi ada dasar farmakologi yang kuat dari efek samping.
Ketergantungan terhadap Dosis:
Terjadinya efek samping tergantung pada dosis obat, tetapi kemungkinan ADR tidak tergantung dari dosis obat.
Hospitalisasi:
Kemungkinan masuk rumah sakit pada pasien ADR lebih tinggi bila dibandingkan dengan efek samping.
Manajemen:
Sangat mudah untuk merawat dan mengelola efek samping karena sudah diketahui mekanisme yang tepat dan penyebab tetapi sangat sulit untuk mengelola ADR. Biasanya risiko efek samping dapat diminimalkan dengan mengurangi dosis obat tetapi dalam kasus ADR penggunaan obat harus dihentikan
Manfaat:
Efek samping dapat bermanfaat tetapi ADR selalu berbahaya.
Contoh:
Contoh efek samping adalah;
a. Batuk kering yang terkait dengan penggunaan ACE Inhibitor
b. Nekrosis hati karena acetaminophen
c. Nefrotoksisitas karena amingoglycosdies
Contoh ADR adalah;
Reaksi alergi dan hipersensitivitas karena antibiotik seperti Penisilin, sefalosporin, sulfonamid dan lain-lain
Sumber: Medimoon.com
ADR/ROTD diklasifikasikan atas 2 tipe, yaitu tipe A dan tipe B, efek samping juga disebut sebagai ROTD tipe A, perbedaan dari ke 2 tipe ini dapat dilihat pada tabel di bawah:
ROTD tipe A | ROTD tipe B |
ROTD yang berhubungan dengan kerja farmakologis obat | ROTD yang tidak berhubungan dengan kerja farmakologis obat |
Tergantung dosis | Tidak tergantung dosis |
Dapat diprediksi kejadiannya | Tidak dapat diprediksi kejadiannya |
Angka kejadian tinggi dengan angka mortalitas rendah dan angka morbiditas tinggi | Angka kejadian rendah dengan angka mortalitas tinggi dan angka morbiditas rendah |
Contoh: perdarahan saluran cerna karena NSAID dan obat anti koagulan, hipoglikemia karena obat hipoglikemia oral, ileus paralitik karena obat anti spasmodik dan anti kolinergik, serta stomatitis akut karena kemoterapi | Contoh: sindroma stevens-johnson karena antibiotika
|
Sumber: Jurnal “Kejadian ROTD yang Menyebabkan Pasien Lanjut Usia Dirawat di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Instalansi Rawat Inap B RSCM” oleh Merry Christianie, Siti Setiati, Yulia Trisna, Retnosari Andrajati